Setiap tahun, expenditure yang dikelola PLN berkisar 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capital Expenditure (CAPEX) dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Operational Expenditure (OPEX).


Pemerintah menegaskan agar PLN perlu semakin waspada dengan indikator-indikator keuangan, termasuk liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan.


Perintah dari pemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga

CAPEX PLN di bawah 100 Triliun Rupiah. Lebih lanjut, Direksi PLN kerap menegaskan

agar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan

dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu

meningkatkan indikator ROI dan ROA perusahaan.


PLN perlu memastikan CAPEX dan OPEX yang dikeluarkan setiap tahun dialokasikan

secara optimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang

mampu memberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

Setiap tahun, setidaknya dalam 3-4 tahun terakhir, expenditure PLN setiap tahun berkisarpada 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capex dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Opex. Pemerintah menegaskan agar PLN memperhatikan indicator-indicator keuangan, serta liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Perintah daripemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga Capex PLN di bawah100 Triliun Rupiah. Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) kerap menyampaikanagar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu memperbaiki indicator ROI dan ROA perusahaan. PLN perlu memastikan Capex dan Opex yang dikeluarkan setiap tahun dilokasikan secaraoptimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang mampumemberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

Setiap tahun, setidaknya dalam 3-4 tahun terakhir, expenditure PLN setiap tahun berkisarpada 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capex dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Opex. Pemerintah menegaskan agar PLN memperhatikan indicator-indicator keuangan, serta liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Perintah daripemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga Capex PLN di bawah100 Triliun Rupiah. Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) kerap menyampaikanagar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu memperbaiki indicator ROI dan ROA perusahaan. PLN perlu memastikan Capex dan Opex yang dikeluarkan setiap tahun dilokasikan secaraoptimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang mampumemberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

Menyadari pentingnya proses pengambilan keputusan expenditure perusahaan, PLN telah melakukan usaha-usaha untuk memperbaiki proses penentuan expenditurenya,

baik secara internal maupun melibatkan konsultan-konsultan eksternal.


Beberapa program improvement, diantaranya “Centralized Planning” (berfokus pada optimisasi CAPEX) dan “Budget Control Optimization” (berfokus pada optimisasi OPEX).


Lebih lanjut, terbitnya Perdir 0069 tentang Pedoman Investasi Pengembangan dan Pengelolaan Ketenagalistrikan di lingkungan PT PLN (Persero), yang kemudian direvisi menjadi Perdir 0306;

serta Edir 0029 tentang Standard Prosedur Perencanaan Investasi merupakan realisasi

dari usaha tersebut, khususnya untuk mengatur pengusulan CAPEX di Perusahaan.

Usaha-usaha lain telah dilakukan secara iteratif, seperti menstandardisasi

Kajian Kelayakan Proyek (KKP) usulan Program/ Proyek,

penyusunan Outline Business Case (OBC) juga pemanfaatan

monitoring usulan melalui Sistem Informasi DAMS.


Kegiatan perencanaan expenditure perusahaan, merupakan salah satu aktivitas utama di dalam Asset Management. Program improvement sistem dan kapabilitas AM PT PLN (Persero) juga menaruh perhatian yang tidak sedikit dalam topik tersebut.


Dalam konteks AM, sebuah organisasi akan berhasil menjalankan AM ketika seluruh business capabilites yang dibutuhkan sebagai sebuah organisasi “asset-intensive” terpenuhi.


Business Capabilities PLN telah ditentukan melalui pendekatan AIBA (Asset-Intensive Business Architecture), dimana terdapat 21-capabilities, yang kemudian dijabarkan ke dalam 157-detailed capabilities. Setiap detailed-capability terdiri dari: people, proses, resource, dan teknologi; yang memiliki keterhubungan spesifik antara satu dan yang lain pada saat melakukan aktivitas AM.


“Merencanakan expenditure” atau “Expenditure planning” merupakan salah satu kelompok kapabilitas di dalam AIBA PLN. Terdiri dari 7-detailed capabilities yang didalam pelaksanaannya terhubung dengan belasan kapabilitas lainnya.

Setiap tahun, setidaknya dalam 3-4 tahun terakhir, expenditure PLN setiap tahun berkisarpada 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capex dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Opex. Pemerintah menegaskan agar PLN memperhatikan indicator-indicator keuangan, serta liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Perintah daripemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga Capex PLN di bawah100 Triliun Rupiah. Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) kerap menyampaikanagar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu memperbaiki indicator ROI dan ROA perusahaan. PLN perlu memastikan Capex dan Opex yang dikeluarkan setiap tahun dilokasikan secaraoptimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang mampumemberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

Program asset-investment planning AM memiliki fokus utama pada evaluasi kapabilitas PLN

di dalam melakukan “expenditure planning” . Pendekatan AIBA selalu diterapkan dan diharapkan menjadi “framework” bagi PLN di dalam memastikan keputusan investasi yang memenuhi

right needs, right option, right time, right cost.


Pendekatan AIBA dapat memetakan posisi beragam “improvement” yang telah maupun tengah dikerjakan PLN saat ini; selain memberikan usulan improvement di dalamnya.


Sebagai contoh, sebelum fokus pada bagaimana melakukan prioritisasi usulan investasi, ataupun standardisasi KKP, perlu dipahami bagaimana kemampuan PLN di dalam mendefinisikan “kebutuhan bisnisnya” - yang merupakan bagian dari kapabilitas 5.1 Expenditure Needs & Collation.


Lebih dari itu, proyek Asset-Investment Planning di Fase-3 juga telah melakukan evaluasi terhadap kesiapan perusahaan dalam mengadopsi solusi digital (software) yang mendukung prioritisasi dan optimisasi usulan investasi.


Setiap tahun, setidaknya dalam 3-4 tahun terakhir, expenditure PLN setiap tahun berkisarpada 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capex dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Opex. Pemerintah menegaskan agar PLN memperhatikan indicator-indicator keuangan, serta liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Perintah daripemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga Capex PLN di bawah100 Triliun Rupiah. Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) kerap menyampaikanagar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu memperbaiki indicator ROI dan ROA perusahaan. PLN perlu memastikan Capex dan Opex yang dikeluarkan setiap tahun dilokasikan secaraoptimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang mampumemberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

Penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana pendekatan Asset Management dapat membantu improvement expenditure planning dapat diperoleh dengan menklik masing-masing box

di bawah ini:

Setiap tahun, setidaknya dalam 3-4 tahun terakhir, expenditure PLN setiap tahun berkisarpada 400 Triliun Rupiah, dimana 70-80 Triliun merupakan Capex dan 320-330 Triliun Rupiah merupakan Opex. Pemerintah menegaskan agar PLN memperhatikan indicator-indicator keuangan, serta liability, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan. Perintah daripemerintah tersebut direalisasikan, salah satunya dengan menjaga Capex PLN di bawah100 Triliun Rupiah. Selain itu, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) kerap menyampaikanagar perencanaan dan realisasi expenditure perusahaan dilakukan melalui langkah yang tepat sehingga ke depannya mampu memperbaiki indicator ROI dan ROA perusahaan. PLN perlu memastikan Capex dan Opex yang dikeluarkan setiap tahun dilokasikan secaraoptimal, merupakan komposisi terbaik, dan merupakan pilihan terbaik yang mampumemberikan benefit jangka panjang bagi perusahaan.

what does good practice look

like?

Findings

(a huge of)

Understanding

Value Framework

Lesson

from

TNB Grid

So,

what we

can improve

in PLN?